MANUSIA SEBAGAI MAHLUK BERBUDAYA
Dua kekayaan manusia yang paling utama adalah akal dan budi atau yang lazim disebut pikiran dan perasaan. Di satu sisi akal dan budi atau pikiran dan perasaan tersebut telah memungkinkan munculnya tuntutan-tuntutan hidup manusia yang lebih daripada tuntutan hidup mahluk lain. Dari sifat tuntutan itu ada yang berupa tuntutan jasmani dan ada pula tuntutan berupa rohani. Bila diteliti jenis maupun ragamnya sangat banyak, namun yang pasti semua itu hanya untuk mencapai kebahagiaan. Binatang barangkali memiliki juga perasaan tersebut, tapi jelas tidak mungkin hal itu akan dirasakan dengan kesadaran; karena prilaku itu bukan saja berkaitan erat, tetapi bahakan ditentukan oleh akal dan budi. Padahal jelas hewan tidak mempunyainya.
Di sisi lain akal dan budi memungkinkan munculnya karya-karya manusia yang sampai kapanpun tidak akan pernah dapat dihasilkan mahluk lain. Cipta, karsa dan rasa pada manusia sebagai buah akal budinya terus melaju tanpa hentinya berusaha menciptakan benda-benda baru untuk memenuhi hajat hidupnya; baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Dari proses ini maka lahirlah apa yang disebut kebudayaan. Jadi kebudayaan hakikatnya tidak lain adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi manusia.
Berangkat dari batasan tersebut, maka yang dimaksudkan dengan manusia sebagai mahluk berbudaya tidak lain adalah mahluk yang senatiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan. Karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka dapat dikatakan hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya
Daftar pustaka :Drs. Djoko Widagdho, dkk, Ilmu budaya dasar, Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar